Rabu, 14 September 2011

Perempuan dalam Seni Pertunjukan di Minangkabau Sebagai Dilema Kultural oleh : Minangkabau Culture Of Study Law

ABSTRAK:

Seni Pertunjukan Minangkabau yang dilakoni kaum perempuan, baik seni pertunjukan yang tradisional maupun modern (kontemporer), dapat dikatakan sebagai dilema kebudayaan Minangkabau yang bersifat matrilinial. Sebagai masyarakat yang menganut sistem matrilinial, kaum perempuan memiliki posisi yang khusus, terutama dalam menjaga “moral kebudayaan Minangkabau”. Mereka diibaratkan sebagai “pusat kehidupan kebudayaan Minangkabau” seperti diungkapkan dalam pepatah “pusek jalo pumpunan ikan”.

Dalam kehidupan budaya tradisi Minangkabau, kaum perempuan memiliki keterbatasan untuk mengekspresikan diri dalam kegiatan seni pertunjukan yang bersifat umum (publik). Apa lagi dikaitkan dengan kegiatan seni pertunjukan yang bersifat profesional, kaum perempuan seperti ditabukan. Mereka lebih banyak tampil di dalam kegiatan budaya yang merupakan bagian dari upacara adat Minangkabau.

Namun dunia berubah, dan sejalan dengan perubahan yang terjadi dalam masyarakat Minangkabau. Dalam tiga dekade terakhir, cukup banyak kaum perempuan Minangkabau yang tampil dalam kegiatan seni pertunjukan. Dalam kegiatan seni pertunjukan tradisi, perkembangan tersebut dapat dilihat dalam pertunjukan bagurau saluang dan dendang. Sedangkan dalam seni pertunjukan modern (kontemporer), juga cukup banyak nama yang tampil, dan menjadi suatu fenomena yang menarik dalam kebudayaan Minangkabau.

Perkembangan kaum perempuan dalam pertunjukan ini, menjadi suatu dilema kebudayaan, jika dikaitkan dengan tradisi budaya (adat) Minangkabau yang bersifat matrilinial tersebut. Ada banyak kaidah dalam kehidupan adat Minangkabau yang “mentabukan” perempuan tampil dalam kegiatan seni pertunjukan. Masalah inilah yang akan dikemukakan dalam makalah ini, yang dapat dianggap sebagai tanda bahwa kebudayaan Minangkabau telah berubah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar