Sabtu, 05 Oktober 2013

Globalisasi dalam kontektual terhadap perekonomian nasional. Oleh Ricky Idaman SH.MH

Gobalisasi yang jadi komitmen bangsa ini adalah kita menjadi pemenang bukan jadi korban dari perstiwanya. Peran penting konspnya nya adalah ekonomi pertahanan ekonomi APEC yang sangat dimanis untuk Indonesia membangun benteng pertumbuhan ekonomi lokal dengan menggeraknan usahawan ekonomi menengah kecil kebawah siap menantang produksi dari antara Negara di dunia khususnya di Negara APEC. Pengaruh prusedural eksport impor antar investasi Negara APEC ada kemudahan kemudahan yang di fasilitasi oleh negra atar Negara dalam kawasan APEC khususnya negara asean dituntut mampu berkerja sama dalam segala bidang pertahanan keamanan, ekonomi social budaya dan kependidikan dalam bentuk global Pasaat kedatangan para pemimpin dunia APEK mentri luar negeri john Kerry menyampaikan pesan presidenya adanya kejadian hambatan terhentinya pelayanan public di negaranya,komitmentnya amerika tak berbeda dan Indonesia dimata USA adalah pusat ekonomi asia. ( sumber wawanacara TVRI dengan mentri Luar negeri RI, 5-09-2013, jam 7.30 wib) Seiring dengan pengungkapan tersebut diatas maka kita perhatikan perkembangan ekonomi mexico beralih dari agraris menjadi industry dimana pernah dilanda krisis namun kini memungkinkan Negara 5 besar dunia dalam bidang pererekonomian, sementara Indonesia yang sedang mengeluti industri malah menjadi Negara miskin akan hasil agro (pertanian sangat mengejutkan bias mengalami ketergantungan kedele sebagai bahan dasar pembuatan makanan tradisonlal dan favorite bagi masyarakat Indonesia, bila dilihat tahan tempat menanamkedele itu sangat luas di Indoenesia, hal ini tidak seharusnya terjadi. Dengan demikian kesiapan – kesiapan yng harus kita bangun sebagai bangsa Indonesia adalah ketersediaanya tenaga suber dayamanusia yang bermutu yag berkulaitas dengan wawasan yang sangat luas, namun selamaini belum tercapai indikasinya adalah masih berjuta sumber daya manusia Indonesia hasil pelaksanaan program kependidikan dari sekolah kejuruan dan lulusan perguruan tinggi negri maupun swasta terantasias merebut peluang menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) Tentara Nasional(TNI) serta kepolisian (Polri) artiya hasil pendidikan dindnesia barumempersiapkan tenaga kerja yang siap di pekerjakan (buruh), bukan sumberdaya manusia yang siap berkerja dan berkarya (berwirasta). Bila pertanyakan kepada Mentri Pendidikan Nasional dan Kebudayaan bila masih berorientasi dengan siap dipekerjakan muncullah pertanyaan besar sampai nanti “ kapan Negara dapat memberdayakan bantuan modoal usaha pada masyarakat “ bila belanja kepegawaan dan biaya pembayaran gaji Anggota Dewan dari Pusat sampai daerah dapat dikurangi hingga pinjaman luar negeri selama ini mencapai 2800 triliyun lebih itu dapat di gunakan pendongrak ekonomi kerayakatan dalam rangka menghadapi ekonomi global yang sedang berlansung saat ini. Kebodohan dan kecil kesempatan untuk berkarya akibatnya bangsa ini menjadi miskin, dimana harus terbelit hutang Negara yang kian memuncak,dapat dibayangkan hutang luar negerikita dapat digambarkan pembayaran hutang luar negeri semenjak dalakandungan dan anak baru lahir dan seluruh penduduk negera Indonesia telah berutang Rp.8.500.000, / bulan yang wajib dibayarkan ke luar negeri. Sayangnya pinjaman tersebut hanya untuk membelanjai operasional Negara terhadap belanja kepepegawaian dan belanja konsumstif dan non produktif termasuk anggaran belanja pesta demokrasi sementara keuangan itu seharusnya seharusnya diarahkan pada peningkatan pendapatan masyarakat yang di galang dalam bentuk pembangunan peningkatan kualitas usaha mandiri masyarakat dalam menciptkan usaha secara mandiri, sehingga peningkatan pendapatan dari sektorperpajakan akaneningkat tajam guna menyeimbangi biaya pembangunan secara praktifdan produktif. Kita tak ingin seperti pernah dialami Negara Mexico tempo dulu terjadi dinegara Kesatuan Repubik Indonesia.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar